PERKEMBANGAN MODERNISASI DI ARAB SAUDI

PERKEMBANGAN MODERNISASI DI ARAB SAUDI
Di susun untuk Memenhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Islam Periode Modern II
Dosen Pengampu: Fatiyah,M.Hum
Di susun Oleh :
Sri Wahyuni                            11120051
Fauzi Alief Hanafi                  14120002
Nuril Huda Mushollin             14120017
Rahmi Nur Fitri                       14120023
Fahad Muqtadinnidzom         14120048
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Negara Arab memiliki harapan besar terhadap proses perubahan yang sedang melanda negara-negara di beberapa tahun belakangan ini. Masyarakat Arab menyebutnya dengan al tsaurat al arobiyahsedangkan orang Barat menyebutnya dengan Arab Springs. Proses perubahan ini adalah revolusi yang akan merubah tatanan menuju masyarakat dan bangsa ideal atau menjadi titik awal peratumbuhan demokrasi. Beberapa kelompok lain juga menyebutnya dengan momentum penting bagi kebangkitan kembali kesadaran islam.[1]
            Dunia Arab telah mengalami sejumlah pergerakan kebangkitan kembali yang cukup besar dalam dua abad terakhir.Kebangkitan ini dapat dilihat saat dimulainya gerakan puritanisme yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahab pada abad ke 18 di Arab.sedangkan pada awal abad 20 dunia Arab lahir sebagai negara nasionalis. Arab Saudi yang saat ini merupakan satu diantara negara-negara kaya di Timur Tengah, menjadikan negara ini sangat menarik untuk dikaji mengenai perkembangan modernismenya.Maka dari itu makalah ini mencoba sedikit memaparkan bagaimana perkembangan modernisasi di Arab Saudi.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah munculnya modernisme di Arab Saudi?.
2.      Bagaimanakah perkembangan modernisasi di Arab Saudi?.




BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sejarah Munculnya Modernisme Di Arab Saudi
Arab Saudi adalah salah satu negara yang terletak di Semenanjung Arab dengan luas wilayah ± 2.240.000 km2 dengan penduduknya lebih dari 30 juta orang.Arab Saudi termasuk ke dalam negara-negara kaya di kawasan Timur Tengah, di samping Qatar dan Uni Emirat Arab.Negara ini berbatasan lansung dengan Yordania, Irak, Kuwait, Teluk Persia, UEA, Oman, Yaman, dan Laut Merah.Negara ini mulai diperhitungkan sejak ditemukannya minyak pada tahun 1938.Sebagaimana diketahui minyak merupakan salah satu hasil bumi yang sangat dibutuhkan.
Pada masa antara Perang Dunia I sampai dengan pertengahan tahun 1960-an menjadi masa yang sangat penting bagi dunia Islam, baik dalam pengertian politik maupun ideologi. Salah satu re-orientasi yang paling penting di abad 20 adalah pendefinisian kembali dasar persatuan yang berlaku.Ada dua perkembangan yang terjadi di dunia Islam, yang pertama adalah revolusi nasionalisme dan yang kedua pentingnya pembentukan struktur negara dalam masyarakat.
Muncul dan berkembangnya modernisme di dunia Arab tidak lepas dari perkembangan yang terjadi di dunia luar, khususnya di Barat seperti perang dunia I dan II, ataupun geliat nasionalisme yang merebak di dunia ketiga ketiga pasca kolonialisme barat.Kejadian-kejadian ini menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan umat Islam.Beberapa kejadian mampu mengubah dan membangkitkan pergerakan-pergerakan yang telah muncul sebagai reaksi murni Islam terhadap dominasi barat. Di abad ke-20,  hampir seluruh dunia Islam mendapatkan kemerdekaan politiknya. Kebebasan ini membawa harapan akan kebebasan kultural dan sosial yang lebih besar. Yang kedua, di masa ini wilayah timur tengah mendapat aset kekayaan melimpah ruah setelah ditemukannya sumber minyak.Aset inilah yang kemudian menjadi tumpuan perekonomian negara.Kasus nyata faktor kedua terjadi di Arab Saudi.
Bentuk nyata modernismeArab Saudi mulai terlihat saat wilayah yang terletak di Semenanjung Arab ini diproklamirkan oleh Abdul Aziz Ibn Saud yang kemudian menunjuk dirinya sendiri sebagai raja pertama. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 23 september 1932 dengan menyatukan wilayah Riyadh, Najd, Ha’a, Asir dan Hijaz. Nama Arab Saudi sendiri diambil dari nama keluarga Ibn Saud.Semangat modernisme yang dibawa oleh negara yang baru berdiri ini mengarah pada revivalisme fundamentalis.Ibn Sa’ud bekerjasama dengan kelompok keagamaan puritan Wahhabi untuk mencapai legitimasi kekuasaan. Mengandalkan perpaduan kekuatan kaum ulama dan pasukan tentara militer Ibn Sa’ud  mengendalikan kelangsungan aliansi kelompok suku-suku dan penduduk kota. Kerjasama wahhabi dengan keluarga sa’ud bukan pertama terjadi di abad ke-20, sebelumnya pernah terbentuk kerajaan Saudi pertama di awal abad ke-19. Hanya saja kerajaan pertama tidak bisa berhadapan lama dengan kekuatan pesaingnya dari Usmaniyah yang membawa semangat westernisasi baru. Kekuatan Wahhabi – Saudi mendapat kekalahan, dan sejak tahun 1818 negara Saudi pertamapun berakhir.[2]

Pada Perang Dunia I berlangsung keluarga al Saud kembali membangun kekuatan dan memulai hubungan dengan Inggris. Pada masa-masa inilah kabilah al Saud berhasil merebut wilayah Riyadh dan menancapkan kekuatan di sana. Ketika Perang Dunia I selesai yang disertai dengan bubarnya imperium Utsmani.Bubarnya imperium Utsmani memberikan kemerdekaan secara keseluruhan bagi bangsa Arab.Pada waktu itu ada dua kekuatan besar di Semenanjung Arab, yaitu keluarga al Saud dan Syarif Husain.Disebabkan sama-sama berkeinginan menguasai tanah Arab, akhirnya kedua kabilah ini berperang demi mendapatkan penguasaan atas tanah Arab ini.Pada peperangan tersebut keluarga al Saud berhasil merebut Semenanjung Arab termasuk di dalamnya Hijaz denganAbdul Aziz sebagai raja pertamanya. Masa awal pemerintahan Abdul Aziz lebih banyak kepada perebutan dan mempertahankan kekuasaan yang dengan susah payah didapatkannya. Pada pemerintahan Raja Saud yang memerintah dari tahun 1953-1964 baru dimulailah proses pembangunan bangsa Arab, seperti dibangunnya Universitas Raja Saud.
Perkembangan industri minyak di Arab Saudi, terutama setelah perang dunia II, mengalirkan sejumlah yang banyak sekali ke negeri ini.kekuatan ekonomi yang begitu melimpah menghindarkan negara baru ini menjadi negara puritan yang miskin. Meski begitu mereka tidak bisa menghindari masalah korupsi dan inefisiensi yang muncul sebab terlalu banyaknya uang.Seorang tokoh yang berhasil mengorganisasikan kembali kekuatan negara adalah perdana menteri Faisal (1905 – 1975) saudara Ibn Saud. Tetapi ketegangan-ketegangan segera muncul antara dirinya dan raja, dan ia diberhentikan.[3]Dalam serangkaian tindakan selanjutnya tokoh-tokoh kerajaan dan pemuka agama yang menonjol mendukung peralihan tahta dari Saud ke Faisal.Pada tahun 1963, Faisal berhasil menduduki tahta sebagai raja Saudi Arabia.Fundamentalisme Pragmatik menjadi kunci kebijakan baru raja Faysal.Sejak akhir tahun 1960-an, Faisal berhasil menjadi tokoh yang unggul di dunia Islam modern. Modal ekonomi dari tambang minyak yang menguat serta melemahnya kekuatan sosialisme Islam yang menjadi pesain ideologi Saudi, membuat Faysal menjadi figure internasional yang dikenal luas dan dihormati.Dalam melakukan berbagai modernisasi ini Raja Faisal mendapatkan berbagai pertentangan dari pihak istana karena dianggap bertentangan dengan Islam. Raja-raja setelah Faisal pun terus melakukan berbagai modernisasi bagi bangsa Arab. Moderisasi ini seolah-olah telah menjadi tuntutan zaman pada masa-masa sekarang ini.
B.     Perkembangan Modernisme di Arab Saudi
1.      Perkembangan dan Pergolakan di Bidang Sosial
Melimpahnya pemasukan negara dari hasil pertambangan minyak memang membawa negara Saudi sebagai negara Timur Tengah terkaya sejak abad ke -20.Akan tetapi kekayaan ini juga melahirkan dikotomi yang semakin jelas antara golongan atas-bangsawan, dengan rakyat jelata.Ideologi negara modern fundamentalis menuntut dilaksanakannya hukum Islam dengan ketat, yang berarti cukup mengikat.Akan tetapi, hukum tersebut ternyata tidak sampai pada golongan atas, yang justru kebarat-baratan.
Sebab adanya kelompok elit bebas hukum, ketimpangan sosial di Saudi menjadi isu yang hangat diberbincangkan dunia, bahkan sampai kini.Contoh kasus adalah peristiwa tertangkapnya pangeran Saudi di Lebanon sebab kepemilikan 2 ton narkoba pada oktober 2015. Abdul Muhsin Bin Walid Bin Abdul Aziz, salah satu pangeran Saudi tertangkap ketika berniat menyelundupkan 4 ton narkoba bersama 4 orang Arab Saudi lain. Narkoba tersebut diselundupkan menggunakan pesawat jet pribadi, namun tertangkap basah di Bandara Rafik Hariri, Beirut, Libanon.Otoritas keamanan Libanon menyatakan upaya penyelundupan sebanyak dua ton itu merupakan yang terbesar dalam sejarah.[4]Tingginya angka perceraian, KDRT, dan perempuan lajang juga menjadi isu sosial yang dihadapi oleh Arab Saudi sejak tahun 2008.



2.      Modernisasi di Bidang Ekonomi
Arab Saudi dikenal dengan negara yang beriklim gurun dengan gurun terluasnya Rub al Khalil.Sejak ditemukannya minyak pada tahun 1938 menjadikan negara ini termasuk ke dalam negara dengan kekayaan yang berlimpah. Selain industri di bidang minyak dan petrokimia, sektor perekonomian juga terdapat di bidang perkebunan gandum dan kurma di samping adanya peternakan yang menghasilkan susu dan olahannya. Saudi saat ini juga menggalakkan system pertanian terpadu untuk meningkatkan hasil-hasil pertaniannya menjadi pertanian yang berkualitas tinggi.
Untuk  memenuhi kebutuhan air, Saudi mendirikan industri desilinasi air laut di kota Jubail. Sebelum dibangunnya sistem desilinasi sumber air di negara ini hanya bertumpu kepada oase (sumber air alam).[5]
3.      Modernisasi di Bidang Politik
Saudi merupakan negara dengan system monarki atau kerajaan.Sumber hukum yang berlaku di negara ini berdasarkan kepada syari’at Islam.Pada tahun 1962 Raja Faisal berjanji untuk mengurangi kekuasaan dan hegemoni yang berlebihan di negara tersebut, terlebih setelah berbagai peristiwa yang memalukan pemerintah Saudi.[6]Sejak awal diproklamirkannya Saudi sebagai sebuah bangsa, negara ini telah mengalami berbagai perubahan dan modernisasi.Tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga politik. Dalam hubungan dengan dunia Internasional Saudi banyak menjalin kerja sama dan juga ikut serta dalam berbagai organisasi-organisasi dunia, seperti OKI, PBB, dan Liga Arab.
Peristiwa terbaru yang terjadi akhir-akhir ini di Saudi adalah terpilihnya Salma binti Hizab al Oteibi sebagai anggota Dewan kota Madrakah. Untuk pertama kalinya di Saudi seorang wanita terpilih menjadi anggota dewan. Peristiwa ini merupakan sebuah peristiwa yang langka, mengingat Saudi adalah negara yang sangat membatasi perempuan untuk tampil di depan publik bahkan untuk mengendarai mobil.[7]



BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Arab Saudi adalah salah satu negara yang terletak di Semenanjung Arab.Arab Saudi termasuk ke dalam negara-negara kaya di kawasan Timur Tengah.Muncul dan berkembangnya modernisme di dunia Arab tidak lepas dari perkembangan yang terjadi di dunia luar.Kejadian-kejadian ini menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan umat Islam.Beberapa kejadian mampu mengubah dan membangkitkan pergerakan-pergerakan yang telah muncul sebagai reaksi murni Islam terhadap dominasi Barat.Bentuk nyata modernisme Arab Saudi mulai terlihat saat wilayah yang terletak di Semenanjung Arab ini diproklamirkan oleh Abdul Aziz Ibn Saud yang kemudian menunjuk dirinya sendiri sebagai raja pertama.Peristiwa ini terjadi tanggal 23 September 1932.
Perkembangan industri minyak di Arab Saudi, terutama setelah perang dunia II, mengalirkan sejumlah yang banyak sekali ke negeri ini.Modernisasi di bidang ekonomi bertumpu di sector minyak bumi dan petrokimia.Selain itu perekonomian juga bertumpu pada bidang perkebunan dan peternakan.Dalam bidang politik juga banyak terjadi modernisasi seperti diizinkannya perempuan masuk anggota dewan.

B.     Lampiran
Raja-raja Arab Saudi:
1.      Raja Abdul Aziz (Ibnu Saud)(1932-1953)

2.      Raja Sa’ud ibn Abdul Aziz (1953-1964) 
3.      Raja Faisal ibn Abdul Aziz (1964-1975)
4.      Raja Khalid ibn Abdul Aziz (1975-1982)

5.      Raja Fahd (1982-2005)
6.      Raja Abdullah ibn Abdul Aziz (2005-2015)
7.      Raja Salman ibn Abdul Aziz (2015-sekarang)



DAFTAR PUSTAKA
Burdah, Ibnu. Islam Kontemporer Revolusi Dan Demokrasi, Intranspublising: Malang, 2014.
Voll,John Obert. Politik Islam Kelangsungan dan Perubahan, Titian Ilahi Press: Jakarta, 1997.
Nasution Harun dan Azyumardi Azra.Perkembangan Modern Dalam, Islam, Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 1985.




[1] Ibnu burdah, islam Kontemporer Revolusi Dan Demokrasi, (Malang : Intranspublising, 2014), hlm 21.
[2] John Obert Voll, Politik Islam Kelangsungan dan Perubahan, (Jakarta; Titian Ilahi Press, 1997), hlm. 91.
[3]Ibid., hlm. 226.                                                                                        
[4] Dilansir dari Sindonews.com, 27 Oktober 2015 – 08.45, diakses pada 18 September 2016 – 08.33
[5]http://www.abdillahmustali.blogspot.com diakses pada tanggal 16 September 2016
[6]Harun Nasution dan Azyumardi Azra, Perkembangan Modern Dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 202.
[7]http://global.liputan6.com edisi 13 Desember 2015 17.39 WIB diakses 18 September 2016

Komentar

Postingan Populer